Cakrawala

HIDUP SEHAT TANPA ASAP ROKOK, SEBUAH KAMPANYE TERSELUBUNG…???

Kenikmatan apa sih yang ada dibalik sebatang rokok….?(Foto diambil dari sini :http ://t2.gsta tic.co /images?q=tbn: ANd9G S69r vP84-nAN _nv_Cb2XAbpeY 6U4BI5 UfPfj5EpPzO6zYL4Jm)

Suami saya mulai merokok sejak duduk dibangku kuliah. Sepertinya semakin bertambahnya usia konsumsi dan ketergantungannya pun kian bertambah. Dulu, masih bisa dia menghabiskan satu bungkus rokok saja dalam sehari. Tapi sekarang dua hingga tiga bungkus rokok dalam sehari, mungkin bisa lebih. Semua teman-temanya pun sama saja, perokok !

Dalam anggaran rumah tangga kami, rokok masuk dalam daftar sembako pada urutan teratas, yang tidak bisa digantikan. Harus ada. Bagi dia rokok lebih utama dari pada beras. Mengajak dia mengkalkulasi berapa besar anggaran yang harus dikeluarkan untuk rokok dalam sehari, sebulan dan setahun, aaachh… sama saja dengan mengajaknya ribut. Mengalihkan anggaran rokok untuk keperluan rumah tangga lain, bagi dia berarti memicu pertengkaran.

Ini bukan tetangga saya lhooo… foto diambil dari sini: http://t2.gstatic.com/images?q=tbn

Tetangga kami yang merekok sejak usia belasan hingga sekarang di usianya yang ke 78, kelihatan masih sehat dan energik. Penyakit yang dideritanya sama seperti lansia umumnya, encok atau pun rematik. Mengenai paru-paru dan jantung, dari pemeriksaan dokter katanya bagus. Dia nampak sehat sampai saat ini. Meskipun sudah lanjut usia, ada-ada saja yang dikerjakannya. Nampaknya sejak muda kakek ini tak suka berpangku tangan. Beberapa hari yang lalu saya masih melihatnya sedang asyik membersihkan sampah-sampah yang menyumbat disaluran air/got di depan rumahnya.

Bukan berarti saya menyetujui suami saya merokok. TETAP TIDAK! Hanya saja saya bosan mendengar segala argumennya tentang rokok yang katanya justru meningkatkan gairah dan konsentrasi. Bahkan dia bilang, penelitian terbaru menemukan bahwa rokok dapat digunakan sebagai obat. Kandungan yang ada pada tembakau dapat menyembuhkan beberapa penyakit. Terapi melalui rokok ini disinyalir sudah dipatenkan oleh penemunya.

Ladang tembakau. (Foto diambil dari sini : http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS2IO7QYoCD5-w93diFQJ1ruJgd2MrvCopHniC29DYMIXjiDLT7)

Suami saya sepertinya mempunyai keyakinan sendiri terhadap gencarnya iklan rokok. Sebuah buku yang diterbitkan oleh Indonesia Berdikari (Jakarta), berjudul “kriminalisasi berujung monopoli” merupakan hasil penelitian serius yang dipublikasikan bukan sebagai kampanye tandingan. Tapi mengajak masyarakat kita lebih rasional mencemati dan membuka wacana lebih luas. Ada pihak-pihak dengan kekuatan global ingin menguasai perdagangan tembakau di seluruh dunia. Pihak-pihak disini, bisa berarti sebuah bangsa, lembaga atau pemerintahan yang punya pengaruh besar dalam mengendalikan kebijakan negara lain. Melalui kampanye anti rokok secara luas dan besar-besaran ini dapat membatasi jumlah perokok di seluruh dunia. Gencarnya iklan anti rokok sebenarnya sebuah agenda terselubung, untuk membatasi penggunaan tembakau yang dijadikan rokok oleh negara-negara penghasil tembakau. Intinya monopoli perdagangan tembakau, ada kepentingan bisnis multinasional yang bermain dengan manis di belakangnya. Bukan murni demi kesehatan. Kampanye besar-besaran pun dilakukan, bombastis dan lebay karena adanya tekanan rezim internasional terhadap industri rokok dan tembakau dalam negeri. Bagaimana menurut anda?

Jadi penjelasan betapa bahayanya zat-zat yang terkandung dalam sebatang rokok, tidak akan mempan bagi suami saya. Menurutnya, berbagai penyakit mulai dari inpotensi, kanker, hipertensi hingga kematian, bukan hanya karena rokok. Kampanye yang digembar-gemborkan dengan fakta kematian tidak menunjukkan angka yang signifikan. Sebuah pembodohan terselubung, katanya. Suami saya hanya akan berhenti merokok ketika batuk. Maksudnya, hanya jeda sekian detik dari batuk, lalu merokok lagi. Hmmm…. memang tak mungkin merokok sambil batuk. Dasar perokok! Apa punlah argumennya, selama dia “merasa” oke-oke saja, gimana lagi ? Oke-oke saja, sekarang… Gak tau ya nanti !

Saat ini saya tidak perduli lagi, berapa batang rokok yang dia bakar. Berapa banyak zat-zat beracun yang masuk ke paru-parunya. Percuma saja melarangnya. Beberapa keberatan saya terhadap rokok adalah karena asapnya bikin pusing, debunya mengotori ruangan. Meskipun ada asbak, debu masih saja berceceran diskitarnya. Saya sebal debu rokok.

Dari pada ribut soal debu yg bikin pusing, ada satu wilayah dalam rumah yang tidak saya sentuh. Katakanlah semacam smooking area. Sebenarnya nyaris segala aktifitas suami dilakukan di area ini. Jadi lebih sering dia sendiri yang membersihkan, tidak boleh orang lain. Kebetulan.

Buat para pecinta rokok, apakah kampanye anti rokok mempengaruhi konsumsi rokok anda ? Buat para istri, bagaimana anda berdamai dan membuat kesepakan dengan suami yang perokok berat?

Jakarta, 15 Agustus 2012

Salam Hangat & Semangat

Etty Lismiati

2 tanggapan untuk “HIDUP SEHAT TANPA ASAP ROKOK, SEBUAH KAMPANYE TERSELUBUNG…???”

  1. wah..mirip dg saya..Awal merokok pd 1971 sampai sekarang, dan kebetulan sejak awal tersebut, saya mengkonsumsi hanya 1 merk saja rokok kretek tanpa filter. Adapun sehari, saya tetap mengkonsumsi 1 bungkus saja tidak lebih. Tapi karena rutin, sampai sampai semua buku pelajaran di SMA sampai kuliah, kupasangi sampul dari bekas bungkus rokok tsb. Tiap 9 lembar bungkus, bisa utk 1 sampul buku. Untuk batuk atau keluhan lain, rasanya koq nggak ada sama sekali. padahal waktu saya masih SD sekitar 1964 s/d 1967, saya mempunyai penyakit asma berat, sesak napas sampai bunyi ngak ngik ngok parah dan membuat ortu jadi nggak bisa tidur, kalau pas kambuh. Jadi, menurut saya asal tidak berlebihan dan tidak gonta ganti merk rokok, mungkin aman aman saja ya ? Dan kalau saya pas kena flu dan batuk (sekitar seminggu) merokok juga jalan terus tanpa hambatan. Sebab sebagai makkhluk hidup, ditubuh ini sudah terbentuk anti body untuk jenis racun yg ditimbulkan oleh rokok dengan merk yg sama/tetap. Mungkin kalau saya ganti merk, bisa berakibat lain yg kurang baik bagi tubuh ini. Tapi kebetulan saya tidak pernah ganti merk, pernah sih mencoba…sehari saja, tetap akhirnya kembali lagi ke merk awal, sampai sekarang. Sekian komentar saya,dr pengalaman pribadi, dan maaf bila ada kesalahan. Terimakasih.

    Suka

    1. Terima kasih sekali sudah mampir. Wah, pengalaman yang unik juga nih.. Tahun 60an sudah masuk SD, jadi bapak mekonsumsi tembakau sejak smp, sekitar tahun 70an, Bukan begitu ?. Jika dalam usia 50an sekarang ini bapak masih merokok, boleh jadi tubuh bapak sudah kebal karena menggunakan merek yang sama puluhan tahun. Sebuah perjalanan yang cukup panjang bagi racun2 rokok untuk bermutasi kedalam sel2 tubuh membuat antibodi sendiri. Bisa jadi begitu, kali yaa..

      Saya kira masih banyak perokok2 berat lainnya dibelahan bumi manapun yang merasa tidak mengalami hambatan kesehatan yang signifikan jika dilihat lamanya tubuh berinteraksi dengan asap rokok ini. Tapi ada satu hal yang harus kita terima, fakta bahwa ada sebagian perokok berat yang tetap sehat dan berumur panjang, sama sekali tidak mengurangi validitasnya penelitian bahwa rokok menyebabkan berbagai penyakit dan mengurangi usia harapan hidup seseorang. Ini mengandung makna statistik yang berarati rata-rata. Berarti tidak semua orang mempunyai daya tahan yang sama terhadap racun2 dari asap ini. Jadi pilihannya kembali pada diri masing-masing. Semoga tetap sehat dan semangat ya, Pak…

      Suka

Tulislah tanggapan anda